TIMES TANAH ABANG, SURABAYA – Kepergian M Ridwan Sahari, salah satu korban ambruknya Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.
Tak ada yang menyangka, putra bungsu dari tiga bersaudara itu akan pergi secepat ini. Meski berat, keluarga berusaha ikhlas dan meyakini semua sudah menjadi bagian dari rencana Allah SWT.
Ridwan dikenal sebagai remaja yang rajin berjamaah di Mushala Al-Karomah, tak jauh dari rumahnya di Bendul Merisi, Surabaya.
M. Naim, tetangga sekaligus pengasuh mushala itu, masih mengingat betul kebiasaan Ridwan yang tak pernah absen shalat berjamaah, bahkan saat pulang liburan dari pesantren.
“Shalatnya bagus. Waktu libur pesantren di bulan Maulid kemarin, dia tetap di musala. Setiap ada jamaah, pasti ikut,” kenang Naim.
Sejak kecil, Ridwan juga tekun belajar di TPQ Mushala Al-Karomah. Dari tahap tilawati, membaca Al-Quran, hingga belajar dasar-dasar nahwu sharaf, semua sudah ia tuntaskan.
Maka tak heran, ketika lulus SD, Ridwan memilih melanjutkan pendidikan ke pesantren, meneruskan tradisi belajar yang telah ia mulai sejak kecil.
Jenazah M. Ridwan saat akan diantar pulang. (Foto: Luluk Listiani/TIMES Indonesia)
Naim menuturkan, kedua orang tua Ridwan juga aktif di mushala dan merupakan lulusan pondok pesantren. Keluarga pun percaya, kepergian Ridwan adalah cara terbaik Tuhan memanggil anaknya pulang.
“Ridwan ini tanpa diminta sudah husnul khatimah. Tanpa diminta mati syahid, sudah mati syahid. Syahidnya berlipat-lipat. Mungkin hari Senin dia puasa, lalu sedang salat,” ujar Naim pelan.
Keluarga berencana memakamkan Ridwan di Pamekasan, tempat keluarga besarnya tinggal.
Saat penyerahan jenazah di RS Bhayangkara Surabaya, Sabtu (11/10/2025) malam, sang ayah dan dua kakaknya datang menjemput dan menatap Ridwan untuk terakhir kalinya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah Ridwan, Santri Ponpes Al Khoziny yang Tak Pernah Absen di Mushala
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Ronny Wicaksono |