TIMES TANAH ABANG – Di hari ke 725 perang di Gaza, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan rincian rencana barunya Senin (29/9/2025) tadi malam untuk mengakhiri perang itu dan ia mendukung penuh kepada Israel bila Hamas menolak rencananya itu.
Trump juga berjanji bahwa wilayah tersebut akan menjadi "zona bebas dari ekstremisme dan terorisme" serta tidak akan lagi menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangganya.
Trump menekankan bahwa inisiatif ini mengupayakan gencatan senjata permanen dan pemulihan stabilitas di kawasan tersebut.
Dalam konferensi pers dari Gedung Putih, ia mengatakan bahwa "rencana ini bertujuan untuk memberikan perdamaian dan kesejahteraan bagi rakyat Gaza, tanpa memaksa siapa pun meninggalkan rumah mereka," seraya menyerukan pihak-pihak terkait untuk menanganinya "secara bertanggung jawab dan realistis."
Donald Trump juga mengungkapkan poin-poin terpenting dari 20 poin dalam rencananya untuk mengakhiri perang genosida di Gaza itu.
Item paling menonjol tentang rencana Amerika Serikat itu adalah:
- Penghentian operasi militer Israel di Gaza, termasuk pemboman udara dan artileri, selama 72 jam, dimulai segera setelah Israel secara terbuka menerima rencana tersebut.
- Pembebasan semua tahanan yang masih hidup dan pengembalian sisa-sisa jenazah mereka yang terbunuh selama masa gencatan senjata, termasuk pertukaran sisa-sisa jenazah seorang tahanan Israel dengan sisa-sisa jenazah 15 martir dari Gaza.
- Tentara Israel akan ditarik secara bertahap sesuai dengan jadwal terkait proses pelucutan senjata, yang akan disepakati dengan penjamin dan Washington.
Israel membebaskan 250 tahanan seumur hidup dan 1.700 warga Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023.
- Masuknya bantuan kemanusiaan segera ke Jalur Gaza setelah perjanjian diterima.
Menyediakan jalur aman bagi anggota Hamas yang ingin meninggalkan Jalur Gaza secara sukarela.
- Meluncurkan dialog politik langsung antara Israel dan Palestina dengan tujuan mencapai penyelesaian yang menjamin koeksistensi dan perdamaian tanpa mencaplok Gaza atau memaksa pengungsian.
Meski demikian Donald Trump mengatakan, Israel akan mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat untuk menghancurkan Hamas jika rencana itu gagal.
"Saya rasa kita sudah sangat dekat," kata Trump di Gedung Putih. Namun, jika Hamas gagal menyetujui rencana tersebut, ujarnya, Israel dipersilahkan melanjutkan kampanyenya. "Bibi, kau akan mendapat dukungan penuh kami untuk melakukan apa yang harus kau lakukan," tambahnya.
Sebuah sumber diplomatik kepada media Al Jazeera, yakni dengan Qatar dan Mesir juga telah menyampaikan rencana Trump untuk mengakhiri perang di Gaza itu kepada delegasi negosiasi Hamas.
Mereka juga menyatakan, bahwa Hamas berjanji kepada para mediator untuk mempelajari proposal tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah meminta maaf kepada Qatar atas serangan Israel terhadap Doha dan menegaskan komitmennya untuk tidak mengulangi pelanggaran kedaulatan Qatar di masa mendatang.
Sementara itu di Gaza, Israel masih melanjutkan serangannya dengan menerapkan sabuk api. Sumber-sumber di rumah sakit Gaza melaporkan bahwa 39 warga Palestina meninggal dunia akibat tembakan Israel sejak Senin dini hari, termasuk 28 orang di Kota Gaza, dan tragedi kelaparan juga semakin parah.
Sementara itu, para pejuang perlawanan Palestina juga terlibat dalam bentrokan sengit dengan pasukan pasukan Israel yang bergerak maju ke barat Kota Gaza. Seorang juru bicara militer Israel mengumumkan bahwa lima tentaranya terluka parah dalam bentrokan tersebut.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tadi malam telah mengumumkan rencana barunya untuk mengakhiri perang genosida di Gaza itu dan ia berjanji bahwa wilayah tersebut akan menjadi "zona bebas dari ekstremisme dan terorisme" serta tidak akan lagi menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangganya.
Dunia bereaksi
Dilansir Al Jazeera, reaksi internasional pun bergulir dari beberapa pemimpin negara terhadap rencana baru Trump untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza itu.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyambut baik rencana Trump, dan ia menulis dalam sebuah pernyataan di platform X: "Kami berharap Israel akan bereaksi secara aktif terhadap hal ini. Hamas tidak punya pilihan selain segera membebaskan semua sandera dan melaksanakan rencana ini."
Macron juga menegaskan kesiapan Prancis untuk berkontribusi pada pelaksanaan rencana tersebut dan menindaklanjuti komitmen pihak-pihak terkait.
Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair memuji rencana Trump, menyebutnya "berani dan cerdas."
Blair mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Presiden Trump telah menyajikan rencana yang berani dan cerdas yang, jika disetujui, dapat mengakhiri perang, membawa bantuan langsung ke Gaza, dan memberikan kesempatan untuk masa depan yang lebih cerah dan lebih baik bagi rakyatnya, sekaligus memastikan keamanan mutlak dan berkelanjutan bagi Israel dan pembebasan semua sandera."
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni menyambut baik inisiatif tersebut, menyebutnya sebagai "titik balik yang bisa mengarah pada penghentian permusuhan secara permanen."
Kantornya menyatakan: "Proposal tersebut bisa memungkinkan penghentian permusuhan secara permanen, pembebasan semua sandera, dan jaminan akses kemanusiaan yang aman dan penuh bagi penduduk Gaza."
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif menyatakan dukungannya terhadap usulan AS, dengan mengatakan melalui platform X: "Perdamaian abadi antara Palestina dan Israel sangat penting bagi stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi di kawasan, dan kami menyambut baik rencana Trump sebagai langkah ke arah itu."
Menteri luar negeri Arab Saudi, Yordania, UEA, Mesir, dan Qatar, bersama dengan negara-negara Arab dan Islam lainnya juga mengumumkan dalam pernyataan bersama kesiapan mereka untuk bekerja sama secara positif dengan Amerika Serikat dan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan perjanjian dan memastikan pelaksanaannya.
Kepresidenan Palestina juga menyambut baik upaya Amerika dan Arab untuk menghentikan "perang pemusnahan" di Gaza dan memuji posisi Trump.
Sekretaris Jenderal gerakan Jihad Islam Palestina , Ziyad al-Nakhalah, menganggap rencana AS itu sebagai "resep untuk menghancurkan kawasan." Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan bahwa rencana tersebut tidak lebih dari sekadar perjanjian AS-Israel yang sepenuhnya mencerminkan posisi Israel, seraya menambahkan bahwa "Israel sedang mencoba, melalui rencana ini, untuk memaksakan apa yang tidak dapat dicapainya melalui perang."(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Trump Umumkan Mengakhiri Perang di Gaza, AS Akan Mendukung Penuh Israel Melanjutkan Aksinya Bila Hamas Menolak
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Imadudin Muhammad |